Merana ku di penghujung akal ku
Lemah tak diasah dan seketika hilang tak berbisik
Sunyi ini menyenandungkan perih
Perih akan jiwa yg terlupa
Sebuah tokoh yang hidup tanpa peran
Sebuah jiwa yang limbung dan tak mapan
Jiwa yang rindu akan warna langit
Jiwa yang rindu akan warna hidup
Gemerisik sajak sesekali membangunkan benak
Tak banyak namun mampu membuatnya berlongitudinal dalam akal
Ini adalah seni yg gigih
Ini adalah yang terlupa
Kemonotonan sekalipun tak mampu membunuh insting seorang penyair
Sekalipun ia ingin...
Sebuah peranan jiwa kembali bangkit dibalik asanya yg bergejolak
Sekali lagi dia berdiri sebagai pribadi teguh yg merdeka
Tak dapat lenyap dan dilenyapkan
Dia masih disana menghantui hidupku
Menghantui setiap masaku..
Selamat datang wahai penyair...
Selamat berdiam di dalam sisi hidupku yang lain...