Keheningan ini sedikit mengusik jiwa yang tertunda
Sebuah kerinduan yang tertata kembali atas masa lalu
Sebuah pinta yang terkubur oleh sekat-sekat kehidupan
Kini sang pemeran utama kembali menjejakkan benak yang telah lama dingin
Hidup yang terlanjur berjelaga
Terlanjur menganga dalam serpihan raga yang utuh
Mungkin ini rasa...
Rasa yang bersembunyi dibalik ragu...
Ragu untuk menjadi siapa...
Sekali lagi lautan sunyi membahana...
Membahana kepada jiwa yang rabun
Membahana kepada sukma yang tuli
Sesosok objek penderita menjadi alasan atas berdirinya ketimpangan ini
Namun ia bahagia...
Ia bahagia dalam persembunyiannya yang pelik
Ia bahagia dalam keambiguan hati...
Dan semua telah menjadi setara....
Selaras...
Tanpa ketimpangan...
Tanpa kehilangan...
Thursday, September 4, 2008
Thursday, May 15, 2008
Love Define Between The Angel and The Damn
Sesekali, aku ingin mengintip Surga
Seperti apa kegembiraan yang tersirat didalamnya?
Tubuh yang hina ini mencoba menembus perbatasan antara Neraka dan Surga
Kubuka gerbang kokoh itu, dan yang kulihat adalah ruang kosong dengan satu pintu emas di ujung lainnya.
Masih di dalam tubuh hina ini aku berjalan
Aku berpijak pada lantai-lantai yang tak beralas
Lingkup ini sedikit memaksaku untuk menarik nafas lebih dalam
Semakin jauh aku berjalan, semakin ringkuh tubuh ini menembus dimensi pertautan
Sampai ku di tengah perjalanan
Dimana hati ini mulai menarik segala ambisi yang tadinya menelan seluruh aku
Sayap hitamku koyak,
Aku bahkan tidak ingat, sejak kapan aku menjadi sehancur ini dalam wujud hinaku?
Sejauh yang kuingat, aku disana karena mimpi
Badan ini gontai
Detik berikutnya sayap ini patah keduanya
Namun aku masih dalam perangaiku dari dunia kegelapan
Kesakitan ini sungguh luar biasa...
Aku tidak ingat,
Apa yang membuatku bermimpi ingin mengunjungi Surga
Namun yang kutahu,
Sesuatu menungguku disana
Aku hampir musnah dalam kegalauanku
Namun entah mengapa, ini terlalu dini untuk terakhiri
Dengan wujud setetengah abadi aku melanjutkan perjalanan ini
Selangkah demi selangkah, perih pun kian menjadi
Tubuh ini perlahan-lahan koyak
Wujud ini jatuh satu demi satu
Aku mengerang
Aku kesakitan
Aku menutup mata
Dan seketika ku tersadar
Aku telanjang...
Namun pintu itu tak lagi jauh...
Dan aku tak lagi peduli mau seperti apa wujudku nanti...
Aku hanya ingin berlari
Aku hanya ingin menjemput mimpi....
Dan sesampaiku disana
Aku melihat yang tercinta tersenyum sambil berkata...
“Aku tahu kau kan datang untukku”
Dan dia lah Surgaku...
Seperti apa kegembiraan yang tersirat didalamnya?
Tubuh yang hina ini mencoba menembus perbatasan antara Neraka dan Surga
Kubuka gerbang kokoh itu, dan yang kulihat adalah ruang kosong dengan satu pintu emas di ujung lainnya.
Masih di dalam tubuh hina ini aku berjalan
Aku berpijak pada lantai-lantai yang tak beralas
Lingkup ini sedikit memaksaku untuk menarik nafas lebih dalam
Semakin jauh aku berjalan, semakin ringkuh tubuh ini menembus dimensi pertautan
Sampai ku di tengah perjalanan
Dimana hati ini mulai menarik segala ambisi yang tadinya menelan seluruh aku
Sayap hitamku koyak,
Aku bahkan tidak ingat, sejak kapan aku menjadi sehancur ini dalam wujud hinaku?
Sejauh yang kuingat, aku disana karena mimpi
Badan ini gontai
Detik berikutnya sayap ini patah keduanya
Namun aku masih dalam perangaiku dari dunia kegelapan
Kesakitan ini sungguh luar biasa...
Aku tidak ingat,
Apa yang membuatku bermimpi ingin mengunjungi Surga
Namun yang kutahu,
Sesuatu menungguku disana
Aku hampir musnah dalam kegalauanku
Namun entah mengapa, ini terlalu dini untuk terakhiri
Dengan wujud setetengah abadi aku melanjutkan perjalanan ini
Selangkah demi selangkah, perih pun kian menjadi
Tubuh ini perlahan-lahan koyak
Wujud ini jatuh satu demi satu
Aku mengerang
Aku kesakitan
Aku menutup mata
Dan seketika ku tersadar
Aku telanjang...
Namun pintu itu tak lagi jauh...
Dan aku tak lagi peduli mau seperti apa wujudku nanti...
Aku hanya ingin berlari
Aku hanya ingin menjemput mimpi....
Dan sesampaiku disana
Aku melihat yang tercinta tersenyum sambil berkata...
“Aku tahu kau kan datang untukku”
Dan dia lah Surgaku...
Tuesday, April 8, 2008
Fenomena Sang Bulan
Denting dari hausnya perih kembali berkelana
Kini ungu violet menjadi perspektif atas hidupnya
Entah karena ricuh, entah karena kosong
Badai kembali meronta dalam kamuflase semilir angin
Potret dari sebuah realita yang bergejolak dalam semu
Penat yang telah lama terlelap hingga lupa untuk menjemput kesurutannya
Dia yang ditampar dengan kutuk
Dia pula yang akan mereda dalam kalut
Malam ini biarkan bulan mendapati dirinya...
Dan biarkan malam menelan sinarnya....
Biarkan paradigma menguasai benaknya...
Dan biarkan mereka merasuk hingga ke pelupuk jiwa...
Karena bulan adalah malam..
Dan hanya dengan malam bulan pun melebarkan sayapnya...
Kini ungu violet menjadi perspektif atas hidupnya
Entah karena ricuh, entah karena kosong
Badai kembali meronta dalam kamuflase semilir angin
Potret dari sebuah realita yang bergejolak dalam semu
Penat yang telah lama terlelap hingga lupa untuk menjemput kesurutannya
Dia yang ditampar dengan kutuk
Dia pula yang akan mereda dalam kalut
Malam ini biarkan bulan mendapati dirinya...
Dan biarkan malam menelan sinarnya....
Biarkan paradigma menguasai benaknya...
Dan biarkan mereka merasuk hingga ke pelupuk jiwa...
Karena bulan adalah malam..
Dan hanya dengan malam bulan pun melebarkan sayapnya...
Saturday, March 8, 2008
Ketika Kosong Menjadi Duniaku
Aku masih berdiri di ambang putik cintaku
Masih mempertanyakan keberadaannya dalam hidupku
Akankah aku masih mengejar demi indahnya fana?
Sebuah dunia yang kuharapkan hadir menjemput layuku
Sebuah dunia yang menonggak dahagaku
Sebuah dunia yang ternyata tak pernah cukup bagiku
Entah karena aku
Entah karenanya
Kau boleh mengatakan kebimbanganku sedang meraja
Namun realita mengungkap kamuflase bahwa aku pun tak di sana
Sekelibat mimpi seraya berdansa
Aku pun menari dalam labirin jiwa yang tak lagi bernyawa
Aku dan kosong
Angan pun tak berani berkutik menjemput senja
Hanya aku dan pengelana waktu
Hanya aku dan kebimbanganku...
Masih mempertanyakan keberadaannya dalam hidupku
Akankah aku masih mengejar demi indahnya fana?
Sebuah dunia yang kuharapkan hadir menjemput layuku
Sebuah dunia yang menonggak dahagaku
Sebuah dunia yang ternyata tak pernah cukup bagiku
Entah karena aku
Entah karenanya
Kau boleh mengatakan kebimbanganku sedang meraja
Namun realita mengungkap kamuflase bahwa aku pun tak di sana
Sekelibat mimpi seraya berdansa
Aku pun menari dalam labirin jiwa yang tak lagi bernyawa
Aku dan kosong
Angan pun tak berani berkutik menjemput senja
Hanya aku dan pengelana waktu
Hanya aku dan kebimbanganku...
Monday, February 11, 2008
Maaf Jika ini Memang Tidak Sempurna
Apa yang terjadi di kala kita tak ingin memilih?
Akankah fenomena terjadi?
Apa yang terjadi ketika matahari mengutuki buminya?
Bahagiakah penghuninya?
Kita sedang berbicara tentang rasa
Sebuah rasa yang lama tertinggal
Sebuah kerinduan yang pupus..
Sebelum ia melebarkan sayapnya kepada puing-puing pengharapan
Gelap mata yang tak mampu membedakan gelap terang cahaya
Atau...
Hati yang sedang tak ingin membuka diri?
Lelah menaungi setiap ratapan
Akankah usai?
Peran terhadap siapa pelindung dan dilindungi...
Akankah kau disana?
Untuk menolehpun kau enggan...
Adakah terpikirkan olehmu jikalau hati ini letih?
Letih terhadap setiap ketidak wajaran yang kerap terjadi?
Kali ini aku hanya membahasakannya dalam diam
Rintih ini kudekap pelan dalam pintu nurani terdalam
Seakan denyut nadi pun ikut meredam dalam diam
Aku hanya ingin berjalan dengan sebagaimana mestinya
Antara kau, aku dan lainnya...
Dapatkah kau mengerti?
Aku hanya merindukan suatu kewajaran
Dan maaf jika kita harus berjalan pada ketidaksempurnaan...
Tuesday, January 29, 2008
Sajak-Sajak Penyambung Hidup
Seseorang telah kembali dari dunianya yang tak beruang
Seseorang telah kembali demi dunianya yang hilang
Dia yang lama terkungkung dalam jiwa yang ambigu
Jiwa yang setengah hidup,setengah mati demi sebuah obor akal yang menempati posisi sebagai inspirasi
Dan kini kata "memulai" menjadi suatu problema baru yang terus menggantung pada bahu kerangka yang mulai dingin dari kinerjanya...
Dia yang telah lama bersemayam dalam ketiadaan
Dia yang akhirnya kembali kepada realita yang hakiki
Kembali dalam huru hara hidup bernama polemik
Kembali dari bunga tidur bernama mimpi yang kian lama kian tak dimengerti hendak memulangkannya kemana
Sebuah perjalanan kembali menjemput jiwanya yang lama tersesat
Sebuah jiwa yang akhirnya melebur menjadi detik-detik sajak
Sebuah jiwa yang akhirnya menata kembali barisannya dalam ruang-ruang karya
Dan entah mengapa ini membuatnya lebih hidup dalam raganya yang berselimutkan peran sebagai sang misterius
Sebuah rongga yang tercipta dibalik bilik keterasingan
Mengangkat kembali semangatnya yang telah lama pupus
Sebuah pencerahan yang didapat dari kesalahan rasa
Sebuah masalah yang dihadapkan kepada jawaban pilihan ganda
Adakah yang benar dari antaranya?
Akhirnya ini menjadi awal ketika seseorang harus berdiri pada sebuah pilihan
Kita belum dihadapkan pada sebuah akhir
Namun...
Seseorang memilih untuk beristirahat
Sejenak...
Dalam balutan zona amannya...
Subscribe to:
Posts (Atom)