Sebuah bintara atas nama masa lalu datang berbaris menyusuri sel-sel otakku
Kepenatan itu kian menjadi
Susah senang
Namun susah lebih mendominasi keterpurukan hati
Setapak yang tercipta dari jejak-jejak kepedihan
Alang-alang yang menjadi pemanis dari pemandangan sore itu
Penelusuran ini menguak kembali tambang hati yg telah pupus
Pupus dari keberadaan mereka yg pernah ada di jendela asa ku
Mereka yg selalu menjadi prioritas
Mereka yg selalu jadi alasan
Ini itu
Namun semua hanyalah bohong besar
Aku tertipu
Aku karam
Aku terlarut
Aku tertinggal
Dan hanya aku
Bohong besar tetap menjadi bohong besar
Dan aku tetap dalam kebodohan
Itu yg membedakan aku dari mereka
Mereka adalah bohong besar
Dan aku adalah sang bodoh yg hidup di dalam kebohongan besar
Pribadi ini memakan seluruh karakterku
Aku limbung, ling lung
Hati ini seketika dingin, kaku
Kobaran hati kecilku tak lagi sehangat yg dulu
Jeritan hatiku menggema dan menggaung
Semakin membesar menyorakkan kepenatan hatiku
Aku lelah
Lelah menjadi lara
Lelah menjadi senyum
Aku lelah menjadi lemah dan kuat
Karna itu bukan untukku
Dan semua itu menjadi cukup
Aku telah memenangkan suara hatiku
Aku meneriakkan kebebasanku
Aku berada di puncak dimana seharusnya aku memenangkan tempatku
Namun peluh dari lautan kepenatan itu masih melekat
Entah dimana
Mereka masih menyeringai menggapai-gapai
Dan mereka takkan lelah untuk terus menggapai kaki dari keteguhan hatiku
No comments:
Post a Comment