Setiap jejak langkah yang bergulir seiring dengan jalannya waktu
Menghantarkanku ke dunia yang semakin tak ku tahu
Di mana begitu banyak keanehan, begitu pekat keterasingan
Mereka yang berbicara dengan manisnya kata
Mereka yang bersembunyi di balik indahnya lara
Mereka yang menghujam perih yang selama ini rentah di belantara
Tragisnya, mereka pula yang menjadi peri di dunia fana
Segala sketsa perihal kebahagiaan membelah tabir kehidupan
Akankah benar bahagia?
Aku menyanyikan amarahku..
Aku menari di atas kegundahanku...
Aku berjalan di batas sadarku
Dan aku melihat dunia dengan tawa kecil mengihasi dukaku...
Suatu fatamorgana yang diatur sedemikian peliknya
Suatu mahakarya yang tiada duanya...
Kenapa tidak kita jadikan saja ini sebagai cerita sedih suatu panggung boneka?
Terdengar begitu komersil untuk dipertontonkan..
Jiwa yang terlunta...
Siapa yang terluka...
Akankah Kau berhenti bermain Tuhan?
jangan lagi kau berkeluh,
ReplyDeletemengapa Tuhan menempatkan kau disini
tempat yang enggan disembuhkan,
yang menikam suara hatinya sendiri
setiap energi yang kau habiskan mengucur bisu
kemudian bertanya meraung...
mengapa tak ada..
tak ada yang berubah.
" Aku Bosan "
ReplyDeleteAku bercerita pd kawanku,
dia cuma menggeleng dan mengangguk,
seperti kambing congek mengunyah rumput
Aku teruskan bercerita pada saudara-saudaraku,
tapi yang ku dengar seperti gemericik gerimis,
aku pun tak mengerti...
Kemudian aku bercerita pada mu,
dan kau hanya terdiam seperti batu
Sementara aku masih ingin bercerita,
tapi aku bingung pada siapa lagi...
Bolehkah aku bercerita pada Tuhan...?
nyanyian sebuah lagu
ReplyDeletenikmati keterasingan
memandang angin malam berlepasan dalam kebimbangan
inilah dengusan malam suarasuara angin diantara luka
entah luka apa ?
darah membeku serupa es balok kekalkan penderitaan biarlah ...
datang keajaiban yang akhirnya ku lepaskan semua
hati tak diam henti menghibur diri
menyanyikan sebuah lagu menikmati semua
hantaman pada batu karang terjalkan nyali
semampunya !
merajut mimpimimpi berharap tak mati dunia ini
ingin menebar benih puisi di tanah entah garang
ingin tanpa tangan mencampuri tumbuh jadi kehidupan baru
dan ku caricari dalam setiap lipatan rasa
kebahagiaan dan kenestapaan
tertuang lengkap dalam sukma diatas kertas (adakah kau baca)
(karanganyar,190707)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete